PDM Kota Bogor - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Bogor
.: Home > Artikel

Homepage

TAHUN BARU DAN KEHARUSAN MEROMBAK POLA PIKIR UMAT

.: Home > Artikel > PDM
28 Desember 2015 14:11 WIB
Dibaca: 1971
Penulis : Prof. Dr. Didin S Buchori, M.A

TAHUN BARU 

DAN  KEHARUSAN MEROMBAK  POLA PIKIR  UMAT

Prof. Dr. Didin Saefuddin Buchori, M A

(Ketua PDM Kota Bogor)

 

 

Sebentar lagi kita memasuki tahun 2016. Kita umat Islam diminta agar mau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya. Perubahan disini mencakup pola pikir, cara pandang, sikap, ucapan dan tingkah laku. Pola pikir dan cara pandang adalah fondasi yang melandasi bangunan di atasnya berupa sikap, ucapan dan tingkah laku. Artinya sikap, ucapan dan tingkah laku seseorang amat ditentukan oleh pola pikir dan cara pandangnya.

 

Kondisi bangsa kita yang sebagian besar tidak menggembirakan di berbagai aspek dibandingkan dengan negara lain dapat disebabkan karena pola pikir dan cara pandang bangsa terhadap segala sesuatu masih tradisional dan konservatif. Di berbagai segi malah cenderung kontraproduktif. Sebagai contoh ada sebagian orang yang tiap tahun mengeluarkan dana puluhan juta untuk umroh atau haji sebagai upaya peningkatan kualitas taqwa. Padahal haji hanya wajib satu kali. Dan umroh hanya sunat. Ia lupa bahwa ada kewajiban lain yang lebih harus dijadikan skala prioritas berupa ibadah sosial yang justru menjadi realisasi dari kehajian dan keumrohannya. Tapi  itu  tidak  dilakukan  karena pola pikir mereka berkata bahwa ibadah ritual seperti itu akan memudahkan mendapatkan kunci surga.

 

            Contoh lain ada orang yang tidak terlalu berminat bila kepadanya disodorkan proyek pembangunan berupa fasilitas umum dan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan umat, misalnya, pembangunan lembaga pendidikan untuk mempersiapkan   kader   bangsa  yang      cerdas, pembangunan panti asuhan yatim, peningkatan gizi masyarakat, pembangunan perpustakaan, proyek pemberantasan buta huruf, dan pengadaan lembaga pemberdayaan ekonomi umat. Mereka tidak tertarik karena terjerat pola pikir bahwa hal itu kurang  memepercepat perolehan pahala dari Tuhan dan lebih memilih membangun masjid karena dianggap sebagai “jalan tol” memperoleh pahala dan surga. Mereka lupa bahwa kunci surga tidak akan diperoleh hanya dengan melulu memperoleh kesalehan individual dengan memperbanyak ibadah ritual semata, sementara aspek yang lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial umat dilupakan.

 

            Dalam urusan ibadah ada juga aspek yang menjadi faktor perbedaan yang bisa menjurus pada perpecahan umat, seperti perbedaan yang sifatnya khilafiah. Sayyid Quthb dengan bahasa yang retorik mengatakan “kita sibuk bertengkar dalam urusan ibadah sementara satu demi satu bidang kehidupan diambil alih oleh musuh-musuh Islam. Kita dihadapkan pada perbedaan pendapat mengenai bid’ah dalam shalat dan puasa sementara disisi lain kita juga secara tidak sadar melakukan bid’ah dalam aspek ekonomi, sosial, politik.” Pada aspek lain kita baru satu langkah melakukan Islamisasi  sementara orang lain sudah seribu langkah melakukan deislamisasi.

 

            Jadi, pola pikir umat yang harus pertama dirombak adalah cara pandang bahwa ibadah ritual dengan ibadah sosial sama-sama utama, sama-sama penting. Dan hal ini bukan pendapat pribadi atau teori para pakar melainkan berasal dari firman Allah dan sabda Nabi. Dalam surat Ali Imran 112, Allah berfirman bahwa siapapun dan dimanapun akan ditimpa kehinaan kecuali mereka selalu menjalin komunikasi dengan Allah dan komunikasi dengan manusia (hablum minallah dan hablum minannas). Dalam ayat lain disebutkan, celaka bagi orang yang salat tapi melalaikan perhatiannya pada fakir miskin dan anak yatim. Nabi bersabda bukan orang mukmin mereka  yang tidur kekenyangan sementara tetangganya tidak dapat tidur karena kelaparan.

 

            Dalam kenyataan di kehidupan kita, sering kita saksikan betapa banyak orang yang kaya raya yang dengan khusyu meratakan dahinya di atas sajadah sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti penyakit dan kekurangan gizi. Atau betapa mudahnya jutaan bahkan milyaran uang dihabiskan untuk upacara-upacara keagamaan, di saat ribuan anak tidak dapat melanjutkan sekolah, ribuan orang tua harus menanggung beban utang demi biaya anaknya sekolah, ribuan orang sakit menggelapar menunggu ajal karena tidak mempu membayar rumah sakit, dan bahkan ribuan orang Islam yang terpaksa menjual iman dan keyakinannya kepada tangan-tangan lain demi membela agar tidak dijemput maut.

 

            Persoalan riil bangsa yang memerlukan perhatian kita menuntut perubahan pola pikir. Seseorang yang berprofesi sebagai wartawan (dan ia mukmin) yang membongkar kejahatan atau kebobrokan penguasa harus diberi status sama dengan seorang mujahid. Nabi bersabda bahwa jihad yang paling besar adalah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Atau seorang yang diberi tugas memberikan penyuluhan kepda para pekerja seks komersial untuk kembali ke jalan yang benar lalu ia membekali dengan ketrampilan-ketrampilan life skill maka ia harus diberi status yang sama dengan para mubalig atau da’i.

 

            Singkat kata persoalan yang dihadapi bangsa kita seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketertinggalan, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan dapat dipecahkan dengan mengubah pola pikir bahwa membangun dunia ini sama mulianya dengan mempersiapkan diri untuk hidup selamat di akhirat. Jika kita berpandangan bahwa membangun dunia dengan segala problemnya tidak menjadi bagian dari misi kita maka itulah yang disebut sekularisasi dalam arti yang sangat mendasar. Dikhotomi ini memang belum beringsut dari pola pikir bangsa kita. Mungkin akibat lamanya kolonialisme bercokol di negeri kita.

 

            Di tahun 2016 kita juga wajib merombak pola sikap, ucap dan tingkah laku. Sikap, ucap, dan tingkah laku yang menyebabkan orang lain atau masyarakat menjadi korban akibat ulah kita harus dibuang jauh-jauh. Bagi para pejabat yang sedang diberi amanah harus hati-hati untuk tidak melakukan perbuatan yang merugikan banyak orang seperti korupsi, manipulasi, pemerasan, pemalsuan, penyalah gunaan wewenang, dan penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Percayalah kalau hal itu dilakukan sama saja dengan menggali  lubang  kubur  untuk kematian anda yang mengenaskan.

 

 

            Dengan indahnya Nabi bersabda bahwa dunia ini dihiasi oleh empat golongan manusia yang apabila mereka melakukan fungsinya dengan baik maka sejahteralah dunia ini yakni: adilnya para penguasa, alimnya para ulama, dermawannya orang kaya dan doanya para fuqaha.

 

 

            Selamat tahun baru 2016. Masa depan umat tergantung kerja kita hari ini.

 

 

                                                                                                                                                Wassalam


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website