PDM Kota Bogor - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Bogor
.: Home > Artikel

Homepage

TITIK RAWAN SIDANG ISBAT 1 SYAWAL 1436 H

.: Home > Artikel > PDM
16 Juli 2015 08:44 WIB
Dibaca: 1719
Penulis : Taufik Tirkaamiasa, S.Kom, M.Kom

Pemerintah akan mengadakan Sidang Isbat (Sidang Penetapan) 1 Syawal 1436 H pada tanggal 16 Juli 2015/28 Ramadhan 1436 H. Kegiatan ini rutin dilaksanakan Pemerintah (Kementerian Agama) setiap tahun di detik-detik menjelang dan akhir Ramadhan untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan atau Lebaran. Ormas Islam Muhammadiyah jauh hari sebelumnya sudah menetapkan Lebaran atau 1 Syawal 1436 H  jatuh pada tanggal 17 Juli 2015. Sementara Pemerintah dalam hal ini Menteri Agama mengatakan bahwa penetapan 1 Syawal 1436 H berpotensi kembali berbeda. Walau demikian, bagaimanapun, kita harus menunggu sidang isbat. Sedangkan Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU mengemukakan bawa posisi hilal hanya sebesar 3 derajat sehingga menjadikan ada potensi berbeda. Senin 6 Juli 2014 <http://nasional.kompas.com/read/2015/07/06/13145961/Menag>

 

Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan yang ditandai dengan muncul dan tenggelamnya bulan sebetulnya merupakan proses alamiah biasa, akan tetapi hal itu bisa mengundang permasalahan ketika masuk ke dalam konteks sosial. Memang  masyarakat muslim Indonesia sudah terbiasa jika terjadi perbedaan dalam merayakan Idul Fitri dan biasanya mereka menyikapinya dengan penuh toleran.

 

Meskipun demikian bukan tanpa persoalan sama sekali. Misalnya untuk tahun ini diprediksi 1 Syawal jatuh pada tanggal 17 Juli --berdasarkan data astronomi bahwa hilal sudah diatas ufuk 3 derajat --Imkanur Rukyat--,  plus di kalender-kalender Pemerintah dan beberapa ormas Islam tertera 17-18 Juli adalah 1-2 Syawal, maka biasanya tanggal 16 Juli pagi hingga sorenya masyarakat muslim umumnya sudah mulai merencanakan dan mempersiapkan hidangan besar serta kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya untuk Lebaran besok. Para pejabat tertentu yang biasanya mengadakan acara “Open House” di hari Lebaran juga akan mempersipakan konsumsi yang tidak sedikit jumlahnya untuk acara tersebut. Jika tiba-tiba sidang isbat menetapkan 1 Syawal jatuh pada tanggal 18 Juli maka tentunya mereka harus me-reschedule dan mempersiapkan ulang bahkan mungkin membeli lagi makanan-makanan untuk persiapan Lebaran.  Tentu hal itu akan merepotkan dan memberatkan terutama bagi masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah.

 

Begitupun jika sebaliknya, katakanlah masyarakat sudah menganggap  1 Syawal jatuh pada tanggal 18 Juli --berdasarkan opini yang berkembang bahwa hilal akan sulit dilihat pada saat itu karena tingginya masih tipis, bahkan salah seorang pakar astronomi sudah mengatakan secara astronomi MUSTAHIL hilal dapat dirukyat--, namun jika ternyata pada saat sidang isbat ada yang berhasil melihat hilal, berarti besok sudah Lebaran, maka itu berarti persiapan Lebaran --hidangan makanan, open house, Shalat Ied-- mendadak harus dipersiapkan saat itu juga, karena 1 Syawal maju 1 hari. Bahkan jika ada yang berencana mudik pada H-1, maka berarti mudik mereka terancam batal atau mudik malam itu juga. Konsekwensinya selain jadwal menjadi kacau, kepergian mereka menjadi terburu-buru agar cepat sampai tujuan dan jika yang terburu-burunya banyak maka potensi kecelakaan semakin besar.

 

Dengan gambaran fenomena-fenomena sosial seperti yang diuraikan di atas  (walaupun tidak setiap tahun terjadi), sebaiknya hal tersebut menjadi perhatian Pemerintah. Pemerintah jangan hanya terpaku pada teknis-teknis penentuan 1 Syawal dengan metode imaknur-rukyatnya, melainkan memikirkan konsekuensi-konsekuensinya dari hasil sidang isbat dan pernyataan-pernyataan sebelummnya (seingat penulis diawal-awal Ramadhan penyataan-pernyataan yang keluar adalah Lebaran berpeluang sama), eh..tiba-tiba mendekati hari H keluar pernyataan Idul Fitri berpotensi berbeda, hilal sulit di rukyat, dsb-nya. Sebaiknya jika memang kemungkinan Hari Raya Idul Fitri berbeda --maksudnya berbeda dengan prediksi semula-- perlu disampaikan jauh hari.

 

Saatnya Sidang Isbat Memberikan Kepastian

Dalam kehidupan yang semakin maju ini, tentunya kepastian jauh jauh hari sangatlah penting. Sidang Isbat diselenggarakan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat soal penetapan Ramadhan dan hari raya. Namun bagaimana kepastian 1 Syawal bisa didapat jauh hari sebelumnya (seperti yang dilakukan oleh ormas Islam Muhammadiyah dengan metode hisab wujudul hilal) jika sidang isbat  sendiri baru dilaksanakan pada tanggal 29 Ramadhan, jawabannya terletak pada kesesuaian antara hisab   --imkanur-rukyat-- dan hasil pelaksanaan rukyat serta konsistensi dalam melaksanakan sidang isbat.

 

Selama 8 tahun penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal seharusnya seragam, hal ini sesuai dengan pendapat salah seorang pakar astronomi satu tahun yang lalu (tentu dengan catatan pendapat tersebut konsisten atau istiqomah).

 

“Awal puasa tahun ini kemungkinan masih mengalami perbedaan. Namun, menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), awal puasa, Idul Fitri, dan Idul Adha akan seragam sepanjang 2015 hingga 2022”.
"Selama delapan tahun itu akan terjadi keseragaman karena posisi bulannya (penentu Ramadan dan Syawal) sudah cukup tinggi," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin kepada Tempo, Jumat, 27 Juni 2014.

<http://www.tekno.tempo.co/read/news/2014/06/27/061588554/lapan-mulai-tahun-2015-awal-puasa-selalu-sama;>

 

 

Penulis sendiri berharap dan memprediksi  seperti itu, paling tidak hingga tahun 2022 penetapan 1 Syawal dan 1 Ramadhan khususnya antara Muhammadiyah dan Pemerintah/NU akan selalu sama, kecuali  terjadi hal-hal seperti alasan politis atau perubahan kriteria imkanur rukyat atau mungkin bencana kosmis.

 

 

Akhirul kalam penulis mengucapkan

“SELAMAT HARI RAYA IDUL FITHRI 1436 H. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN. TAQOBALALLAHU MINNA WAA MINKUM”

 

 

Wallahu A'lam Bishawab


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website