PDM Kota Bogor - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Bogor
.: Home > Berita > Menyibak Kemuliaan Ramadan: Menjelajahi Makna Lailatul Qadr *

Homepage

Menyibak Kemuliaan Ramadan: Menjelajahi Makna Lailatul Qadr *

Senin, 01-04-2024
Dibaca: 46

  

Bogor-Kota, media-alfurqan.com -  Bulan Ramadan memiliki    makna yang dalam sebagai Bulan Al-Qur'an (QS. 2:185),           ditandai dengan turunnya permulaan atau keseluruhan kitab   suci al-Qu’ran pada bulan Ramadhan.   Sepanjang bulan ini,       umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di   siang hari dan meningkatkan ibadah pada malam hari, sebagai   bukti penghambaan dan rasa syukur atas petunjuk yang telah    dianugerahkan kepada umat manusia, yaitu Al-Qur'an.  Al-Qur’an memberikan petunjuk yang jelas, menjelaskan  perbedaan antara yang benar dan yang salah.

 

Puncak dari bulan Ramadan adalah malam al-Qodr atau       Lailatul  Qadr.  Malam penting ini, senantiasa dikabarkan oleh   Nabi Muhammad SAW sebagai malam yang sangat istimewa     saat menyambut datangnya Ramadhan (Sungguh telah datang   kepada kalian Ramadhan, Bulan yang Penuh Keberkahan.  …..   Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada 1000       bulan (HR. An-Nasai)). Disebutkan secara eksplisit sebanyak     tiga kali dalam Al-Qur'an, di dalam satu surat yang amat pendek   (QS. 97:1-5), malam ini diliputi oleh keagungan dan keberkahan. Lailatul Qadr, secara rinci dijelaskan dalam Surah tersebut dan Surah ad-Dukhan (QS. 44:1-6), digambarkan sebagai malam yang lebih baik daripada seribu bulan, melambangkan periode waktu ibadah yang tak tertandingi.

 

Adalah kisah penghambaan yang luar biasa dari seorang laki-laki dari kalangan Bani Israaiil yang diyakini menjadi salah satu sebab turunnya surah ini.  Lelaki sholeh itu berjihad di siang hari hingga menjelang terbenam matahari dan mendirikan sholat di sepanjang malam hingga menjelang Fajar selama 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan.  Sebuah prestasi yang hampir tidak mungkin untuk ditandingi oleh kita umat akhir zaman yang rata-rata berusia 60-70 tahun saja.  Sebuah momentum dan kesempatan yang luar biasa untuk bisa menyamai bahkan melampaui prestasi umat terdahulu yang jauh lebih panjang usia dan kekuatan fisiknya. 

 

Selain itu, malam ini adalah malam ketika para malaikat, termasuk Malaikat Jibril AS, turun ke Bumi atas perintah dan izin Allah SWT, membawa hikmah ilahiah dan berkah. Penafsiran makna linguistik dari malam al-Qodr, sebagai malam pengagungan, malam kesempitan, dan malam penetapan, lebih menegaskan esensi suci malam tersebut.

 

Waktu pasti Lailatul Qadr yang tetap dirahasiakan, menambahkan lagi motivasi dan respon antisipatif terhadap malam ini. Meskipun Nabi Muhammad SAW telah mengetahui waktu tersebut, beliau SAW memilih untuk tidak mengungkapkannya, mempertahankan sifatnya yang penuh misteri serta menekankan pentingnya penghambaan tulus dan teratur walaupun sedikit daripada perbuatan baik yang bersifat transaksional dan spekulatif. Rahasia ini, mirip dengan rahasia takdir baik dan buruk, kematian, dan hari kiamat yang semuanya bertujuan untuk menginspirasi para mukmin agar lebih teratur, tekun dan bersemangat dalam beribadah, senantiasa mempersiapkan diri untuk hari esok yang pasti tetapi tidak diketahui.

 

Mengikuti contoh Nabi SAW, umat Islam mencari keberkahan Lailatul Qadr melalui berbagai aktifitas ibadah, termasuk melakukan I'tikaf (berdiam diri di Masjid agar lebih fokus beribadah) di sepuluh malam terakhir dan memperbanyak doa-doa yang telah diajarkan oleh Nabi SAW.  Ajaran Nabi SAW menekankan pentingnya menghidupkan malam ini dengan perbuatan baik, menawarkan janji ampunan atas kesalahan masa lalu bagi yang mendapatinya dalam amal saleh. (Barangsiapa yang mendirikan (Sholat) di Malam al-Qodr dengan penuh keimanan dan harapan atas pahala dari Allah SWT, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (Hadits Mutafaq Alaih)).

 

Saat para mukmin menanti kedatangan Lailatul Qadr, mereka diingatkan akan berkah yang besar, sebuah peluang untuk mengamplifikasi seluruh amal kebaikan dan mengakselerasi pertumbuhan spiritual. Melalui ibadah yang tulus dan ikhlas serta permohonan yang penuh kepercayaan dan harapan, mereka mencari rahmat dan petunjuk Allah SWT, bercita-cita untuk tetap teguh dalam iman dan kebenaran di sepanjang bulan suci dan seterusnya hingga akhir hayat nanti.

 

*) Penulis adalah:
Ketua DKM Al-Furqan Muhammadiyah Kota Bogor
Dosen Tetap di FT Universitas Indonesia.

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website