PDM Kota Bogor - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Bogor
.: Home > Artikel

Homepage

FENOMENA BULAN RAJAB DAN ADAKAH ANJURAN BERPUASA?

.: Home > Artikel > PDM
09 Maret 2019 13:12 WIB
Dibaca: 7669
Penulis : Zahid Mubarok (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Bogor)

TADABBUR AL QUR'AN QS: AT TAUBAH AYAT : 36

SERTA FENOMENA BULAN RAJAB (BULAN TERHORMAT)

SERTA ADAKAH ANJURAN PUASA ?  .

 

Oleh :

 

 Zahid Mubarok

(Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Bogor)

 

 

Agama Islam adalah agama yang Syamil (menyeluruh) dan Kamil (lengkap) oleh karena itu dalam Islam melalui Rasulullah SAW yang mendapatkan Wahyu dari Allah Ta'ala telah mengenalkan kepada ummatnya dua (2) Kalender, yaitu : Kalender Hijriyyah (berdasarkan perputaran bulan) dan Kalender Miladiyah (Masehi) berdasarkan perputaran Matahari yang keduanya adalah merupakan tanda dari tanda tanda kebesaran Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah Ta'ala : 

 

 

 

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”

(Qs Fushilat [41] : 37).

 

Oleh karena itu ada tiga (3) Keistimewaan bulan Rajab yang harus diketahui salah satu bulan penanggalan dalam kalender Islam (Qomariyah/Hijriyah) adalah bulan Rajab. Bulan ini begitu dinanti-nanti dikarenakan banyaknya keistimewaan yang terkandung di dalamnya. Bahkan dari namanya saja sudah menunjukkan bahwa bulan ini begitu dihormati.

 

 

Rajab berasal dari kata tarjib yang memiliki arti ‘terhormat’. Tak heran jika setiap muslim begitu mengharapkan bulan ini segera datang. Berikut adalah 3 keistimewaan bulan Rajab yang harus kita ketahui.

 

 

 1. Bulan Rajab Adalah Bulan Haram

 

Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan yang diharamkan. Dengan kata lain, bulan Rajab merupakan bulan yang istimewa dan berbeda dari bulan-bulan lainnya.

 

Allah Ta’ala telah berfirman

 

 

 

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

(QS At Taubah [9] : 36).

 

 

Maksud bulan haram dalam ayat tersebut adalah bulan haram (suci) ini terdiri dari bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Sebagaimana yang disebutkan oleh sabda Rasulullah SAW  “Zaman (masa) terus berjalan dari sejak awal penciptaan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan di antaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan al-Muharam serta Rajab yang berada antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban,” (HR. Al Bukhari).

 

Sehingga arti dari bulan haram disini adalah haram untuk saling menyakiti dan saling menumpahkan darah bahkan saling menyebar fitnah (hoaks). Kecuali memang jika pihak dari musuh dahulu yang pertama kali melakukannya, maka kita diperbolehkan untuk melawan serta bertahan bahkan di perbolehkan untuk membalasnya . Selain itu bulan tersebut juga harus bersih dari perbuatan dosa karena dosa saat itu jauh lebih besar. Dan pahala ketika beramal shaleh di bulan itu jauh lebih besar daripada bulan yang lain, kecuali bulan Ramadhan.

 

Dari kutipan Ibnu Abbas, Ibnu Katsir menulis, “Sesungguhnya mengerjakan perbuatan dzalim di bulan-bulan haram, maka dosa dan sanksinya jauh lebih besar dibandingkan melakukan perbuatan dzalim di bulan-bulan yang lain.”

 

 

2. Bulan Yang Dekat Dengan Ramadhan

 

Sungguh apabila kita telah mencapai bulan Rajab, maka alangkah dekatnya dengan bulan Ramadhan. Keduanya hanya terpisah oleh satu bulan saja yaitu bulan Sya’ban. Para ulama yang wara’ juga banyak yang mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan semenjak bulan Rajab. Hal ini telah diabadikan dalam doa ketika masuk bulan Rajab yang sudah banyak kita ketahui.

 

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan.” (HR Ahmad).

 

Namun hadist ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam takhrij Musnad Imam Ahmad.

 

Itulah doa yang senantiasa diucapkan oleh banyak ulama sebagai cara untuk mendapatkan keberkahan atas tiga bulan yang berturut-turut tersebut. Dengan doa itu pula menjadi pengharapan agar bulan Ramadhan bisa mereka raih dengan penuh kesempurnaan takwa.

 

 

3. Bulan Rajab Adalah Bulannya Isra Mi’raj

 

Bulan Rajab selalu teringat oleh umat Islam dikarenakan di dalamnya terdapat peristiwa yang sangat dahsyat. Sebuah peristiwa dimana hanya Abu Bakar Ash Shidiq saja yang mempercayainya yakni peristiwa isra Mi’raj yang menjadi jembatan perintah shalat secara langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

 

Jika perintah lainnya hanya melalui malaikat Jibril, maka perintah shalat langsung Allah tunjukkan kepada Rasulullah sebagai bukti bahwa shalat merupakan ibadah yang istimewa dan lebih diutamakan.

 

Karenanya sudah sepatutnya kita lebih mengintropeksi diri di bulan Rajab ini untuk lebih memperbaiki shalat wajib yang kita lakukan agar tidak asal mengerjakan saja, melainkan menjadi pondasi yang kuat untuk melakukan kebaikan dan ibadah yang lain. 

 

 

 

ADAKAH ANJURAN PUASA RAJAB ?

 

Sebagian orang sempat menganjurkan bahwa banyaklah puasa pada bulan Rajab. Ada pula yang menganjurkan untuk berpuasa di awal-awal bulan Rajab. Apakah betul anjuran seperti ini ada dasarnya?

 

Aku bertanya pada Sa’id bin Jubair tentang puasa Rajab dan kami saat itu sedang berada di bulan Rajab, maka ia menjawab : Aku mendengar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

 

 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpuasa sampai kami berkata nampaknya beliau akan berpuasa seluruh bulan. Namun suatu saat beliau tidak berpuasa sampai kami berkata : Nampaknya beliau tidak akan puasa sebulan penuh.”

(HR. Muslim dalam kitab Ash Shiyam. An Nawawi membawaknnya dalam Bab Puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di selain bulan ramadhan)

 

Sebagian orang agak sedikit bingung dalam menyikapi hadits di atas, apakah di bulan Rajab harus berpuasa sebulan penuh ataukah seperti apa?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

”Adapun mengkhususkan bulan Rajab dan Sya’ban untuk berpuasa pada seluruh harinya atau beri’tikaf pada waktu tersebut, maka tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat mengenai hal ini. Juga hal ini tidaklah dianjurkan oleh para ulama kaum muslimin.

 

Bahkan yang terdapat dalam hadits yang shahih (riwayat Bukhari dan Muslim) dijelaskan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Dan beliau dalam setahun tidaklah pernah banyak berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban, jika hal ini dibandingkan dengan bulan Ramadhan.

 

Adapun melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua adalah berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dho’if) bahkan maudhu’ (palsu). Para ulama tidaklah pernah menjadikan hadits-hadits ini sebagai sandaran. Bahkan hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah hadits yang maudhu’ (palsu) dan dusta.”(Majmu’ Al Fatawa, 25/290-291)

 

 

Bahkan telah dicontohkan oleh para sahabat bahwa mereka melarang berpuasa pada seluruh hari bulan Rajab karena ditakutkan akan sama dengan puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana hal ini pernah dicontohkan oleh ’Umar bin Khottob. Ketika bulan Rajab, ’Umar pernah memaksa seseorang untuk makan (tidak berpuasa), lalu beliau katakan,

 

”Janganlah engkau menyamakan puasa di bulan ini (bulan Rajab) dengan bulan Ramadhan.”

(Riwayat ini dibawakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 25/290 dan beliau mengatakannya shahih. Begitu pula riwayat ini dikatakan bahwa sanadnya shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)

 

Adapun perintah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam untuk berpuasa di bulan-bulan haram yaitu bulan Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, maka ini adalah perintah untuk berpuasa pada empat bulan tersebut dan beliau tidak mengkhususkan untuk berpuasa pada bulan Rajab saja. 

 

Imam Ahmad mengatakan, “Sebaiknya seseorang tidak berpuasa (pada bulan Rajab) satu atau dua hari.”

 

Imam Asy Syafi’i mengatakan, ”Aku tidak suka jika ada orang yang menjadikan menyempurnakan puasa satu bulan penuh sebagaimana puasa di bulan Ramadhan.”

 

Beliau berdalil dengan hadits ’Aisyah yaitu ’Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lainnya sebagaimana beliau menyempurnakan berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan.

 

 

Ringkasnya, berpuasa penuh di bulan Rajab itu terlarang jika memenuhi tiga point berikut.

 

Jika dikhususkan berpuasa penuh pada bulan tersebut, tidak seperti bulan lainnya sehingga orang-orang awam dapat menganggapnya sama seperti puasa Ramadhan.

 

Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut adalah puasa yang dikhususkan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sebagaimana sunnah rawatib (sunnah yang mengiringi amalan yang wajib yaitu amalan puasa Ramadhan).

 

Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut memiliki keutamaan pahala yang lebih dari puasa di bulan-bulan lainnya. 

 

 

Kesimpulan: Tidak ada yang istimewa dengan puasa di bulan Rajab kecuali jika berpuasanya karena bulan Rajab adalah di antara bulan-bulan haram, namun tidak ada keistimewaan bulan Rajab dari bulan haram lainnya. Yang tercela sekali adalah jika puasanya sebulan penuh di bulan Rajab sama halnya dengan bulan Ramadhan atau menganggap puasa bulan Rajab lebih istimewa dari bulan lainnya. Juga tidak ada pengkhususan berpuasa pada hari tertentu atau tanggal tertentu di bulan Rajab sebagaimana yang diyakini sebagian orang.

 

Jika memiliki kebiasaan puasa Senin-Kamis, puasa Daud atau puasa ayyamul biid, maka tetap rutinkanlah di bulan Rajab. Semoga Allah beri taufik untuk tetap beramal sholih.

 

 

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi kita dan Semoga Allah SWT selalu memberkahi kita di bulan Rajab serta bulan bulan haram yang lainnya serta bulan bulan diluar bulan haram. Aamiin. (ZM)

 

Wallahu A’lam Bisshawab.


 


Tags:

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website