PDM Kota Bogor - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Bogor
.: Home > Artikel

Homepage

KH. Muhyidin Junnaedi, Lc, M.A : 10 Kiat Mencapai Kebahagiaan Dunia Akherat

.: Home > Artikel > PDM
08 Januari 2016 09:06 WIB
Dibaca: 1703
Penulis : T Tirka


Sepuluh Kiat Mencapai Kebahagiaan
Dunia dan Akhirat
 
Sumber  :  Pengajian Ahad Pagi 
                Oleh       :  KH. Muhyiddin Junaedi, Lc, MA

 

 

1. Niat yang baik

Mengapa kita harus mempunyai niat yang baik? Sebab menurut Islam, niat menempati posisi penting. Niat menentukan nilai amal. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad saw.,

“Sesungguhnya semua amal itu bergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”. (HR. Bukhari).

 

Tidak semua perbuatan kebaikan itu lahir dari kehendak hati yang baik dari pelakunya, sebab ada juga orang yang berbuat kebaikan karena ada udang di balik batu, ada maksud terselubung, padahal segala amal kebaikan tergantung pada niatnya.

 

Kalau dalam beribadah ruhnya adalah tumaninah, maka segala aktivitas di dunia ruhnya adalah niat. Mulailah dengan niat yang baik, niatun hasanah, niat yang tulus. Seumpama kita kerumah teman, maka niatkan untuk bersilaturahim. Jika seorang muslim belajar, menuntut ilmu. mengaji --supaya tidak menjadi orang bodoh--  niatkan semata-mata untuk menggapai ridho Allah.

Dengan niat yang baik, husnunniyah, suci, bersih dan tulus  akan melahirkan amal-amal shalih yang berguna bukan hanya membawa kebaikan dan kebahagian  di dunia saja, namun juga di akhirat kelak.

 

2. Memiliki Perencanaan yang matang dan sempurna.

Manusia tanpa perencanaan terombang-ambing, karena hidup itu sangat dinamis. Seorang muslim harus pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan.

Contoh sederhana seorang ibu yang tidak punya perencanaan belanja bulanan cenderung membeli sesuatu yang tidak diperlukan. Beda dengan yang memiliki perencanaan matang, akan tahu mana yang harus dibeli mana pula yang tidak. Andai ada kekurangan antisipasinya sudah disiapkan dari awal

Persiapkan perencanaan dengan menggunakan skala prioritas, buatlah program jangka pendek (short time planning), jangka menengah (mid time planning) dan jangka panjang (long time palnning) dan  selanjutnya laksanakan.

Orang yang hidupnya terencana dengan baik akan melakukan sesuatu dengan efektif. Hemat waktu, hemat biaya, hemat tenaga, hemat pikiran, hemat energi, karena semua sudah terukur.

 

3. Kerja Keras

Seorang muslim harus bekerja keras, berpikir keras dalam rangka beribadah. Orang yang malas akan jadi sampah masyarakat. Islam memuliakan setiap pekerjaan yang baik, tanpa membedakan apakah itu pekerjaan otot atau otak, halus atau kasar, yang penting bisa dipertanggungjawabkan secara moral di hadapan Allah.

Tidak ada gengsi bagi seorang muslim, gengsi itu sifatnya iblis. Nabi Daud saja kerjanya mencari kayu bakar. Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik, biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang (QS Al Mulk : 2). Jadi tidak ada ruang bagi seorang muslim yang malas.

 

4. Disipiln yang tinggi

Untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat adalah disiplin yang tinggi. Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadits yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan,

 

“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu …….” QS An Nisa ayat 59

 

Disiplin adalah kunci sukses dunia dan akhirat, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa.

 

5. Inovatif/Kreatif/Ijtihad

Seorang muslim harus inovatif/kreatif, kreatifitas yang tidak bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah. Bukan nerimo --paham Jabariyah--, tapi mampu berijtihad. Ijtihad yang bukan sembarang ijtihad, tapi menggunakan ilmunya, dan dilengkapi dengan berbagai perangkat ilmu pengetahuan.

Sebuah usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kreatifitas. Agama Islam sangat mendukung dan mendorong pengembangan kreatifitas umatnya

 

6. Kerja sama/ta’awun

Seorang muslim harus memiliki  karakter dan fitrah dasarnya sebagai Rahmatan lil Alamin, senantiasa tolong menolong, kerja sama dalam mela-kukan kebaikan-kebaikan dan mencegah dari terjadinya kemungkaran sebagai realisasi dari takwa.

Shalat berjamaah yang mempunyai pahala berlipat, harus dilakukan bersama-sama dan bekerja sama. Begitupun dalam aktivitas-aktivitas lainnya terkadang diperlukan kerja sama. Kerja sama untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat !

Sebaliknya Allah SwT melarang bekerjasama dalam segala jenis perbuatan batil yang melahirkan dosa dan permusuhan.

 

 “…Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya“.  QS. Al-Ma’idah : 2

 

Perintah ta’awun untuk menghadirkan kebaikan dan ke-takwaan di tengah-tengah manusia merupakan sebuah perintah yang memiliki korelasi dengan prinsip ‘hablum minallah dan hablum minannas’; ta’awun dalam kebaikan yang bersifat umum merupakan sarana untuk menjaga hubungan baik dengan manusia, sedangkan ta’awun dalam takwa merupakan sarana untuk meraih ridha Allah SwT.

 

7. Jujur

 Seorang muslim harus jujur dan jangan jadi pembohong. Kalau kita jujur Insya Allah mujur, tapi kalau tidak jujur pasti hancur lebur.

Jujur dalam kehidupan sehari-hari merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya. Banyak ayat Al Qur'an menerangkan kedudukan orang-orang jujur. QS. [3]: 15-17, QS[4]: 69, [5]: 119

Rasulullah menyatakan dengan sabdanya:

"Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehing-ga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah ber-dusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke neraka, seseorang yang senantiasa ber-dusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.”   

(HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)

 

8. Sabar

Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah SwT menyebutkan sabar di dalam Al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”

 

9.Waktu yang panjang/Tidak Isti’jal

Usaha untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat adalah sebuah proses, proses yang memakan waktu. Seringkali sebuah proses yang instan kurang bisa menghasilkan sesuatu yang optimal karena lemahnya variabel pengalaman dan pengamatan, sehingga untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan persiapan.

Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada kete-nangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.

Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.

 

10 Tawaqal

Ikatkan dahulu keledaimu, barulah berserah diri kepada Allah. Itulah tawakal yang diajarkan oleh Rasulullah. Artinya segala sesuatu hendaklah kita berusaha maximal, dan berserah diri –tawaqal-- kepada Allah mengenai hasilnya. Sesunguhnya Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk diri kita.

 

Wallahu a’lam bishowab


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website